page

22 Agustus 2009

ATALANTIS itu (ternyata) INDONESIA



weleh weleh...
gw dapet e-mail beginian nih...
bener apa tidak ya?
penegn share + diskusi nih...
soalnya gw penasaran jg sama yang namanya atlantis...
Hehehehe

Let's check it!?

Benua Atlantis itu (Ternyata) Indonesia
Oleh Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, Ph.D.

Source: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/



MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh
hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu
mengingatkan kita
pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis.
Apakah ada
hubungan antara Indonesia dan Atlantis?

Plato (427 - 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi
berbagai
letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es,
dan banjir.
Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian
itulah yang
disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa
Atlantis itu
adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan
penelitian selama
30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found,
The
Definitifve Localization of Plato's Lost Civilization (2005). Santos
menampilkan 33
perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi,
dan cara
bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia.
Sistem
terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang
diadopsi oleh
Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.


Konteks Indonesia

Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr.
Mochtar
Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi
Djoeanda.
Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya
merupakan
kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum
Laut
Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu
tahun yang
lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak
terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang
membentang
dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke
arah timur
dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat
puluhan
gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu
bernama
Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat
letusan
gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar
bagian
dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan
meletusnya
berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak
di
wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput
oleh air
asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India
Selatan dan
gunung
Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di
Sumatera yang
membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung
yang meletus
pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung
Krakatau
(Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta
membentuk
selat dataran Sunda.

Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau
menara
peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato
menegaskan
bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia
dalam
bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato
menetapkan
bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia
bersikukuh
bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara
menyeluruh.

Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara
menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian
hari seperti
Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu
berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi
itu,
menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya
bertambah.
Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera
dan Benua
Atlantis itu (Ternyata) Indonesiaasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa
kepada
kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini
mengakibatkan
gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian
secara
beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos
menamakannya
Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak
Plato
telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang
katanya
datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di
Samudera Atlantik
yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah
Atlantik
terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh
karena itu
tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, "Amicus Plato, sed magis
amica
veritas." Artinya,"Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang
kepada
kebenaran."

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos
sependapat. Yakni
pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh
Santos
dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau
panjangnya mata
rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang,
Krakatoa,
Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung,
Rinjani.
Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya
tercampur air
laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam
tanah di
daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan
impossible
barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in
navigable (tidak
dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di
Sidoarjo, pernah
dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya
sistim
kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas
penyaluran
semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis,
tentu
harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam
pergaulan
Internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia.
Namun
sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh
Atlantis itu,
sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.***


Penulis, Direktur Kehormatan International Institute of Space Law
(IISL), Paris-Prancis

2 komentar:

Penerjemah Khusus Perikanan mengatakan...

Bukti-bukti bahwa Atlantis itu Indonesia yang dimuat dalam blog ini menurut saya belum mencukupi. Ada baiknya jika bukti-buktinya dilengkapi...

Anonim mengatakan...

Jika Indonesia adalah Atlantis, apakah sudah ditemukan sisa-sisa peninggalan kebudayaan Atlantis di Indonesia ?