page

17 Agustus 2010

KEBOHONGAN SEORANG IBU

8 kebohongan ibu



percaya ga sih kalau sebenernya yang namanya seorang ibu itu sebenernya pernah atau bahkan sering berbohong pada anaknya. ga percaya? coba baca aja tulisan ini, siapa tau kalian juga pernah ngalamin...
soalnya menurut gw, ini adalah sebuah renungan kecil tentang seorang ibu yang
saya ambil dari berbagai sumber, selamat membaca... semoga membawa perubahan positif..

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak
laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya
untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:
"Makanlah nak, Ibu tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap
dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar
dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk
disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu
seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata:
"Makanlah Nak, Ibu tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG
KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah kakakku, ibu pergi
ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel. Dari
hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan
hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku,
melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya
melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu
tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum
dan berkata:
"Cepatlah tidur nak, Ibu tidak Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG
KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, Ibu yang
tegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam.
Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu
dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam
botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat
dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu
yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk Ibu sambil
menyuruhnya minum. Ibu berkata:
"Minumlah nak, Ibu tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
Sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, Dia
harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kami pun
semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat Kondisi
keluarga yang semakin parah, Ada seorang paman yang baik hati yang
tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun
masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita
yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk Menikah lagi.
Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka,
Ibu berkata:
"Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku dan kakakku semuanya bekerja, ibu yang sudah tua sudah
waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau , Ia rela untuk pergi ke pasar
setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit
uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak
mau menerima uang Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu
berkata:
"Ibu masih punya uang" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika. Berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku
"Ibu tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit Kanker Lambung,
harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang Samudera
Atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk Ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya Setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
menggerogoti tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit
sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti Ini. Tetapi ibu dengan
tegarnya berkata:
"Jangan menangis anakku, Ibu tidak sakit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG
KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup
matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : "Terima kasih Ibu"

*****

Coba dipikir-pikir, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu
kita? Terutama untuk yang sekarang sedang merantau untuk kuliah, bekerja atau apa pun. Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang
dengan ayah ibu kita?
Apalagi fi tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di
samping kita. Hampir seluruh perhatian kita curahkan untuknya.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum?
Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar?
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita,
lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian
hari..

jadi kangen sama bonyok? apalagi yang lg ngekost, merntau buat kuliah di luar kota..
yaudah jangan tunggu lama lg, segera aja hubungin mereka, jangan sampe mereka terus yang duluan ngehubungin kita...

special thx buat sumber" penulisan note ini.. (^_^)

salam,,


RnD

Tidak ada komentar: